Diposting oleh tri wahyu apriyanto 0 komentar » Posted in

BAHASA dan USIA, Bahasa Ibu, B 1, Fonem, Tutur Anak SD

BAHASA dan USIA

Usia salah satu yang membedakan antara kelompok manusia. Usia dikelompokkan ke dalam usia anak-anak, usia remaja dan usia dewasa. Dan dalam berbagai usia, manusia memiliki variasi bahasa khusus, dimana variasi- variasi bahasa itu sebagai ciri-ciri dimasing-masing individu pada usia tersebut.
A.Tutur Anak-Anak
Seorang anak mulai belajar berbicara pada usia kurang lebih 18 bulan, dan pada usia kurang lebih 3 tahun, anak sudah mulai bisa menguasai tata bahasa dari bahasa ibunya. Karena B1 anak adalah bahasa sang Ibu.
Pada masa awal perkembangannya, bahasa anak memiliki ciri yang unik yakni adanya penyusutan (reduksi). Kata-kata yang disusutkan atau dihilangkan biasanya kata depan, kata sambung, partikel dan sebagainya. Meskipun demikian, apa yang mereka ucapkan masih bisa dimengerti oleh orang dewasa karena kata-kata yang masih betahan adalah kata-kata penuh atau kata yang punya makna sendiri jika berdiri sendiri. Sebagai contoh “Mama, Aan besar” yang dimaksud adalah “Mama, Aan sekarang sudah besar”. Hal semacam ini bukan berarti sang anak tidak mampu mengolah bahasa atau bahkan merupakan kebingungan anak, tetapi semuanya harus dianggap sebagai strategi sang anak untuk berkomunikasi dan sebagai jalan untuk menguasai kaidah-kaidah bahasa berikutnya.
Ada pula ciri bahasa anak yang ditinjau dari segi fonologi. Bunyi-bunyi yang mudah dihasilkan oleh sang anak adalah bunyi-bunyi bahasa bilabial Bunyi-bunyi bahasa bilabial itu sangat mudah dihasilkan karena hanya menggerakkan dua bibir. Contoh bunyi bahasa bilabial adalah mama, maem, mimik, bobok, dan lain-lain.
Berbeda dengan bunyi bilabial yang mudah diproduksi anak, ada beberapa bunyi yang sulit diproduksi oleh alat ucap sang anak, bunyi-bunyi itu adalah “r”, “s”, “k”, dan lain-lain. Sering kita dengar banyak anak yang mengatakan “jali” yang seharusnya “jari”, begitu juga dengan “susu” yang biasa diucap “cucu”, sama halnya dengan “atu” padahal yang dimaksud adalah “aku”.
Kosa kata anak kecil lebanyakan masih apa yang ada disini dan apa yang terjadi, sekarang untuk perkembangannya, peran orang tua sangat penting, terutama peran seorang ibu. Karena menurut teori yang ada cara tutur orang tua terutama ibu sangat mempengaruhi sikap dan tutur sosial anak di masyarakat nantinya. Biasanya seorang ibu lebih halus dalam berbicara jika dibandingkan dengan ayahnya. Hal ini nampak jelas pada bahasa jawa, diamana ada bahasa yang lebih halus untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau disebut “krama inggil”.
Ketika seorang ibu berbicara dengan anak menggunakan krama inggil, secara tidak langsung sang anak juga akan berbicara hal yang serupa dengan sang ibu. Proses ini akan terus berlangsung sampai anak memasuki usia sekolah. Dimana usia sekolah  sang anak sudah mulai mengerti dan paham dengan yang namanya sopan santun.
Ragam bahasa anak ini bersifat sementara, maksudnya mereka akan meninggalkannya ketika mereka menjadi remaja dan dewasa. Tetapi untuk krama inggil tidak. Karena ketika usia anak- anak mereka sudah terbiasa dengan krama inggil, maka akan selamanya mereka terbiasa untuk krama inggil.
B.Penyusutan Dalam Tutur
Penyusutan dalam tutur tidak hanya dilakukan oleh anak-anak, orang dewasa pun melakukan penyusutan-penyusutan bahasa yang mereka gunakan . kita sering melihat bahasa yang digunakan dalam menulis telegram, bila kita amati, dalam tulisan telegram yang ada hanya bagian-bagian penting atau inti dari sebuah kalimat, seperti contoh: “Ibu sakit, Segera pulang.” Kalimat yang lengkap seharusnya berbunyi “Ibu sedang sakit, kamu diharap segera pulang.”
Bahasa-bahasa telegram sekarang ini berkembang menjadi bahasa SMS. Cara kia menulis dalam SMS sama halnya dengan kita menulis telegram. Sebagai contoh, “Skul jam berapa?” kalimat lengkapnya “kita sekolah masuk jam berapa?”.
Antara bahasa telegram dan bahasa SMS ini mempunyai alasan yang kuat kenapa harus menyusutkan sebuah kalimat. Alasannya untuk menghemat biaya. Asalkan si penerima tahu dan mengerti isi pesan yang ingin disampaikan.
C.Tutur Anak Usia SD
Seorang anak mulai memasuki SD sekitar usia 7 tahun. Disinilah mereka diajarkan keterampilan suatu bahasa dimana yang diajarkan itu adalah bahasa yang sudah mereka kenal sebelumnya atau bisa disebut bahasa ibu (B1), ataupun juga bahasa lain yang berbeda dengan bahasa ibu (B2).
Seperti halnya anak kecil yang sedang menguasai B1, anak yang sedang belajar B2 juga cukup kreatif dan menciptakan bentuk-bentuk baru yang menyimpang dari yang mereka pelajari itu adalah “selamat petang”.
D.Tutur Remaja
Masa remaja merupakan masa yang paling menarik dan mengesankan. Pada masa ini mereka punya ciri khusus dalam sosialnya. Ciri-ciri itu tercermin juga dalam bahasa mereka. Mereka lebih suka menciptakan bahasa-bahasa rahasia yang mereka gunakan untuk kelompok mereka sendiri.
Ada beberapa contoh bahasa-bahasa yang diciptakan oleh para remaja adalah:
Penyisipan konsonan V + Vokal
Contoh :    Aku => avakuvu
    Makan => mavakavan
Bahasa ini sudah muncul sebelum tahun 50-an. Bahasa ini sepertinya tidak hanya dalam bahasa Indonesia tapi juga bahasa Daerah juga.
Penggantian suku akhir dengan “-sye”
Contoh :    Kunci => kunsye
    Mandi => mansye
Bahasa ini telah muncul menjelang tahun 60-an.
Membalik fonem-fonem dalam kata
Contoh :    Aku => uka
    Makan => nakam
    Nasi => isan
Bahasa Iini muncul pada tahun 60-an.
Variasi-varisai bahasa di atas muncul kembali pada remaja sekarang, tapi mungkin tidak sepopuler tahun-tahun awal kemunculannya. Terutama variasi bahasa yang menyisipkan “ v + vokal”. Variasi-variasi bahasa seperti di atas muncul karena kreatifitas remaja. Tetapi ragam bahasa seperti di atas tidak bisa dilihat dari segi linguistiknya, melainkan dilihat dari segi sosialnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Ane harap agan bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk sedikit memberi komentar. Karena komentar agan merupakan motivasi bagi ane. Dan juga tidak lupa ane haturkan banyak terima kasih atas kunjungan juragan.
Monggo berkomentar...

Supplier Alat Peraga Pendidikan, Laboratorium Pendidikan, Buku dan Barang Cetakan